Pages

matematika-himpunan dan psikologi

Ilmu-ilmu yang biasanya kita pelajari tanpa kita sadari ternyata saling berkaitan. Dari satu ilmu ke ilmu lainnya memiliki ikatan yang tak nampak namun nyata. Dan saling berhubungan pula dengan kehidupan kita sehari-hari.

Seperti ilmu matematika dan psikologi. Secara umum definisi matematika adalah ilmu yang berkaitan erat dengan penghitungan dan angka-angka numerik. Sedangkan, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, perilaku, serta perkembangannya. Selintas memang sulit untuk memahami bagaian mana yang terkait di antara kedua ilmu tersebut. Tapi disini kita akan memberikan satu contoh dimana ilmu matematika juga bisa kita aplikasikan ke dalam ilmu psikologi.

Saya mengambil contoh mengenai Himpunan dalam ilmu matematika. Himpunan adalah suatu kumpulan/koleksi dari obyek-obyek yang dianggap sebagai satu kesatuan. Cara pengumpulan obyek-obyek itu biasanya berdasarkan sifat atau keadaan yang sama, ataupun berdasarkan suatu aturan tertentu atau yang ditentukan. Seperti contoh di bawah ini :

A = {Jakarta, Medan, Surabaya}
B = {8, 9, 10, 11}
C = {sensorik-motor, pra-operasional, operasional konkrit, operasional formal}

Dalam materi himpunan ini kita mengenal Diagram Venn. Diagram yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara himpunan-himpunan. Sebagai bagian ilmu matematika, diagram Venn ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1880 oleh John Venn untuk menunjukkan hubungan sederhana dalam topik-topik di bidang logika, probabilitas, statistik, linguistik dan ilmu komputer.

Ilmu psikologi mempelajari perilaku serta perkembangan individu ataupun kelompok. Banyak unsur yang mempengaruhi hal tersebut, baik internal maupun eksternal. Beberapa contoh fakkor internal adalah keluarga, sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan, teman bermain, kerabat kerja, dan sebagainya.

Diagram Venn membantu penggambaran psikologis suatu himpunan/kelompok. Simak salah satu contoh hubungan matematika dan psikologi berikut, dalam kasus perkembangan anak. Dalam suatu keluarga pasti terjadi penggabungan kepribadian, mulai dari kepribadian yang berbeda antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, serta orang-orang disekeliling mereka.

Sepasang suami istri yang berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah kini berdomisili di ibu kota Jakarta. Mereka berperawakan halus dan sangat ramah pada semua orang. Mereka memiliki hobi yang berbeda. Si ayah sangat senang bermain musik namun tidak pandai menyanyi, sedangkan si ibu memiliki keahlian dalam bernyanyi tapi tidak bisa memainkan alat musik. Akhirnya mereka dikaruniai seorang anak. Anak tersebut tumbuh menjadi seorang remaja. Anak itu juga pandai memainkan musik dan memiliki suara yang merdu. Namun sifat sopan santun dan ramah ternyata tidak turun ke anaknya, Karena pergaulan ia jadi suka berkata kasar dan tidak ramah pada orang-orang di sekelilingnya.

Dilihat dari segi psikologis keahliannya bermain musik dan suara yang merdu itu berasal dari sifat genetik ayah dan ibunya. Keahlian dan hobi mereka ternyata menurun ke anaknya, atau disebut perkembangan secara nativistik. Sifat kedua orang tuanya juga sedikit banyak merasuk ke dalam pribadi sang anak. Jarang sekali ditemukan ada anak yang benar-benar mirip hanya dengan si ibu ataupun hanya mirip si ayah.

Karena pengaruh lingkungan Jakarta yang keras, anaknya jadi berperilaku tidak sopan dan tidak ramah pada orang-orang di sekelilingnya. Ini juga bsa disebabkan oleh faktor kurangnya perhatian dari keluarga. Hubungan kelurga yang baik sangat dibutuhkan untuk menjaga kepribadian anak, apa lagi dalam masa pubertas dan remajanya.

Dari cerita di atas kita dapat membuat Diagram Venn seperti dibawah ini :





http://id.wikipedia.org/wiki/Diagram_Venn
http://id.wikipedia.org/wiki/Himpunan_%28matematika%29
Yahya, Yusuf. 2001. Matematika Dasar Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia