1.
Sejarah Artificial
Intelligence
AI atau artificial
intelligence merupakan proses di
mana peralatan mekanik dapat melaksanakan kejadian-kejadian dengan menggunakan
pemikiran atau kecerdasan seperti manusia. Kata “intelligence” berasal dari bahasa Latin “intelligo” yang berarti “saya paham”. Berdasarkan hal tersebut, dasar
dari kata intelligence ialah
kemampuan untuk memahami dan melakukan aksi (Usberpsikologi, 2012). Sedangkan
Solso (2008) mengatakan bahwa AI diartikan secara luas sebagai cabang dari ilmu
komputer yang berhubungan dengan pengembangan komputer (perangkat keras) dan
program-program komputer (perangkat lunak) yang mampu meniru fungsi kognisi
manusia.
Ketika berbicara mengenai sejarah AI, ternyata AI sudah mulai
digugah sejak abad ke-13. Ketika itu Al-Jazari berhasil menciptakan robot humanoid pertama yang berfungsi sebagai
robot musisi, yang bisa memainkan alat musik. Kemudian pada abad ke-18
Hishashige Tanaka berhasil membuat robot boneka yang bisa menuangkan teh dan
menulis huruf Kanji (Usberpsikologi, 2012).
Sedangkan menurut Wikipedia (2013), tahun 1950-an adalah periode
usaha aktif dalam AI. Program AI pertama yang bekerja ditulis pada 1951 untuk
menjalankan mesin Ferranti Mark I di University of Manchester (UK), sebuah program permainan naskah yang ditulis oleh Christopher Strachey dan
program permainan catur yang ditulis oleh Dietrich Prinz. Kemudian
John McCarthy membuat istilah "kecerdasan buatan" pada konferensi
pertama yang disediakan untuk pokok persoalan ini, pada 1956. John McCarthy juga
menemukan bahasa pemrograman Lisp. Di sisi lain Alan Turing memperkenalkan "Turing Test" sebagai
sebuah cara untuk mengoperasionalkan tes perilaku cerdas. Joseph Weizenbaum membangun ELIZA, sebuah chatterbot yang menerapkan psikoterapi Rogerian.
Jenis komputer yang sering digunakan selama ini terpola berdasarkan
rancangan (“arsitektur” dalam istilah komputer) ahli matematika Hungaria, John
Von Neumann pada tahun 1958 yang bermigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1930.
Komputer-komputer ini sering kali disebut Johniacs
atau rangkaian prosesor, berupa jaringan jalur elektronik yang diproses dalam
beberapa seri atau bagian dari urutan tertentu. Urutan yang seperti mata rantai
ini beroperasi dengan sangat cepat, dengan setiap langkah yang hanya
menghabiskan nanodetik. Sebuah komputer yang menjalankan tugas-tugas yang
sangat sulit dalam serangaian waktu (seperti pemecahan yang melibatkan fungsi
matematika, maupun menata ulang data serta dokumen-dokumen), akan membutuhkan
beberapa menit, jam, atau bahkan lebih lama dari itu (Solso, 2008).
Selama tahun 1960-an dan 1970-an, Joel Moses
mendemonstrasikan kekuatan pertimbangan simbolis untuk mengintegrasikan masalah
di dalam program Macsyma,
program berbasis pengetahuan yang sukses pertama kali dalam bidang matematika. Marvin Minsky
dan Seymour Papert menerbitkan
Perceptrons,
yang mendemostrasikan batas jaringan syaraf sederhana dan Alain Colmerauer
mengembangkan bahasa komputer Prolog. Hans Moravec mengembangkan
kendaraan terkendali komputer pertama untuk mengatasi jalan berintang yang
kusut secara mandiri (Wikipedia, 2013).
Tahun 1990-an ditandai perolehan besar dalam berbagai bidang AI dan
demonstrasi berbagai macam aplikasi. Lebih khusus Deep Blue,
sebuah komputer permainan catur, mengalahkan Garry
Kasparov dalam sebuah pertandingan 6 game yang terkenal pada tahun 1997. DARPA menyatakan bahwa
biaya yang disimpan melalui penerapan metode AI untuk unit penjadwalan dalam
Perang Teluk pertama telah mengganti seluruh investasi dalam penelitian AI
sejak tahun 1950 pada pemerintah AS (Wikipedia, 2013). Perkembangan lain
dimulai pada 2004 dan berlanjut hingga hari ini, adalah sebuah pacuan untuk
hadiah $2 juta dimana kendaraan dikemudikan sendiri tanpa komunikasi dengan
manusia, menggunakan GPS,
komputer dan susunan sensor yang canggih, melintasi beberapa ratus mil daerah gurun
yang menantang.
2. Artificial Intelligence dan Kognisi
Manusia
Menurut Solso (2008) beberapa program komputer bekerja lebih efektif
daripada pikiran manusia, dan kebanyakan sangat pintar menirukan hal-hal nyata
meski masih sedikit janggal. Komputer mampu memecahkan beberapa masalah,
seperti sebuah soal matematika yang mendetil secara lebih cepat dan lebih
akurat daripada manusia. Sedangkan di beberapa tugas lain, seperti
mengeneralisasi dan mempelajari pola aktivitas yang baru, dilakukan paling baik
oleh manusia, dan komputer masih kalah baik.
Sebagai titik awal, sangatlah berguna untuk memperhatikan dua
dikotomi yang diajukan oleh John Searle (dalam Solso, 2008), seorang filsuf
dari Universitas California di Barkeley. Searle menggambarkan dua jenis AI,
yaitu AI lemah, yang bisa digunakan untuk alat investigasi kognisi manusia, dan
AI kuat, dimana komputer yang telah deprogram dengan baik memiliki piiran yang
bisa memahami.
Komputer Berbasis
silikon (jenis Von Neumann)
|
Otak berbasis
karbon (manusia)
|
|
Kecepatan proses
|
Dalam
nanodetik
|
Dalam
milidetik sampai beberapa detik
|
Jenis
|
Rangkaian
prosesor (kebanyakan)
|
Prosesor
paralel (kebanyakan)
|
Kapasitas Penyimpanan
|
Sangat
besar, untuk informasi berkode digital
|
Sangat
besar, untuk informasi visual dan linguistik
|
Kerjasama
|
Sangat
patuh
|
Cukup
kooperatif
|
Kemampuan belajar
|
Sesuai
aturan yang ditetapkan
|
Konseptual
|
Fitur unggulan
|
Mampu
memproses data yang banyak dalam waktu yang singkat, efisian dalam biaya,
sudah teratur, mudah dirawat, dan bisa ditebak
|
Mampu
membuat penilaian, kesimpulan, dan penyamarataan dengan mudah. Pergerakannya;
memiliki bahasa, percakapan, vision dan emosi
|
Fitur terburuk
|
Tidak
mampu belajar sendiri dengan cepat; memliki kesulitan dengan tugas kognitif
manusia yang rumit, seperti pemahaman bahasa dan produksi.
|
Memiliki
kapasitas penyimpanan dan pemrosesan informasi yang terbatas; pelupa dan
cukup mahal dalam pemenuhan permintaan makanan, tidur, suhu udara.
|
Seperti yang ditampilkan dalam tabel
perbandingan komputer tipe Von Neumann dengan otak, jadi tidak aneh jika para
ilmuwan menghentikan pekerjaannya. Para ilmuwan bekerja dengan jenis mesin yang
salah untuk membuat komputer lebih mirip otak baik dalam struktur maupun
prosesnya. Sistem jaringan neuron, model-model PDP, dan hubungannya telah
menggoda ilmuwan untuk menemukan prinsip komputerisasi yang memerintah jaringan
neuron pada sistem saraf manusia. Para ilmuwan tersebut melakukannya dengan
cara yang tampak sangat abstrak. Unit mewakili neuron, tetapi mengikuti tingkah
laku neuron, yaitu bahwa unit bisa dipasangkan dengan unit yang lain. Hubungan
diantara mereka bisa menguat atau melemah, lalu stabil dan seterusnya (Solso,
2008).
3.
Artificial Intelligence dan Sistem Pakar
Sistem
Pakar merupakan paket perangkat lunak atau paket program komputer yang disediakan
sebagai media penasehat atau membantu
dalam memecahkan masalah di bidang-bidang tertentu seperti sains,
pendidikan, kesehatan, perekayasaan matematika, dan sebagainya. Sebuah sistem pakar dapat memproses
sejumlah besar informasi yang diketahui dan menyediakan kesimpulan-kesimpulan
berdasarkan pada informasi-informasi. Sistem pakar bertujuan untuk membuat
keputusan yang lebih cepat daripada pakar. Dengan adanya sistem pakar ini,
pihak manajemen memperoleh keuntungan mendapatkan pakar tanpa pakar tersebut
berada ditempat. Sistem pakar ini dapat sama atau bahkan dapat melebihi
kepakaran manusia, setidaknya dalam konsistensi.
ELIZA adalah
salah satu program komputer pertama yang mampu berkomunikasi. ELIZA ditulis
oleh Joseph Weizenbaum (dalam Solso, 2008). Beberapa revisi atas ELIZA telah
dibuat dari konsep aslinya. Pada satu program yang spesifik, bernama DOCTOR,
ELIZA mengambil peran seperti seorang psikiater. Annisa (2012) mengemukakan
bahwa pada 1966, Joseph Weizenbaum dari MIT memperkenakan ELIZA, suatu program
komputer yang mampu berkomunikasi dan bisa menanggapi manusia dengan
menggunakan bahasa sehari-hari. Weizenbaum berharap ELIZA dapat menembus
dinding pembatas antara komputer dan manusia. Sayangnya, Weizenbaum justru
mendapati bahwa manusianya sendiri terlalu bersemangat untuk menembus dinding
itu. ELIZA diprogram untuk memberi tanggapan seperti ahli psikoterapi, dimana
pernyataan seperti “saya punya masalah dengan ayah saya” memicu ELIZA
menanggapi dengan “cerita lagi lebih banyak tentang beliau.”
PARRY.
Dalam program ini, peran yang dibutuhkan dibalik, yaitu jika seorang psikiater
berbicara pada seorang pasien simulasi komputer. Colby dkk (dalam Solso, 2008)
mensimulasikan seorang pasien dan menyebut program ini sebagai PARRY, karena Colby
dkk mensimulasikan seorang pasien paranoid. Mereka memilih seorang paranoid
sebagai Subjek karena beberapa teori menyebutkan bahwa proses dan sistem
paranoia memang ada, perbedaan respon psikotis dan respon normalnya cukup
hebat, dan bisa menggunakan penilaian dari seorang ahli untuk mengecek
keakuratan dari kemampuan pemisahan antara respon simulasi komputer dan respon
manusia. Colby dkk mengarahkan komputer tersebut untuk melakukan tes Turing,
dengan meminta sekelompok psikiater untuk mewawancarai PARRY menggunakan pesan
yang disampaikan dalam bentuk ketikan. Para juri (psikiater) diminta untuk
mengukur kadar paranoia dari keseluruhan respon.
NETtalk.
Program ini jenisnya cukup berbeda, berdasarkan pada jaring-jaring neuron,
sehingga dinamakan NETtalk. Program ini dikembangkan oleh Sejnowski (dalam
Solso, 2008) di sekolah medis Harvard dan Rosenberg di Universitas Princeton.
Dalam program ini, NETtalk membaca tulisan dan mengucapkannya keras-keras.
Model simulasi jaring neuron terdiri atas beberapa ratus unit (“neuron”) dan
ribuan koneksi. NETtalk “membaca keras-keras” dengan cara mengkonversi tulisan
menjadi fenom-fenom, unit dasar dari sebuah bahasa. Sistem ini seperti
sistem-sistem lain yang sudah kita ketahui sebelumnya, memliki tiga lapisan,
yaitu lapisan input, dimana setiap
unit merespon sebuah tulisan; lapisan output,
dimana unit menampilkan ke-55 fenom dalam bahasa Inggris; dan sebuah lapisan
unit tersembunyi, dimana setiap unit ditambahkan koneksinya pada setiap unit input maupun output.
4.
Penggunaan Artificial Intelligence
Sebagai Expert System Yang Dapat
Digunakan Untuk Mendukung System Pengambilan Keputusan (Diagnosa).
Seperti yang kita tahu, manusia memiliki
pendekatan yang unik dalam memecahkan masalah, berdasarkan pemikiran absrak,
pengenalan pola hingga penalaran tingkat tinggi. Konsep kecerdasan buatan atau
AI sendiri membantu manusia mengerti lebih jauh mengenai proses pemecahan
masalah yang secara konstan kita lakukan (dalam Hangganararas, 2012).
Menurut
Anonim (2012) sistem pakar atau expert
system adalah program “artificial
inteligence” (kecerdasan buatan) yang menggabungkan basis pengetahuan
dengan mesin inferensi. Ini merupakan bagian software spesialisasi tingkat tinggi atau bahasa pemrograman
tingkat tinggi (High Level Language),
yang berusaha menduplikasi fungsi seorang pakar dalam satu bidang keahlian
tertentu. Program ini bertindak sebagai konsultan yang cerdas atau penasihat
dalam suatu lingkungan keahlian tertentu, sebagai hasil himpunan pengetahuan
yang telah dikumpulkan dari beberapa orang pakar.
Definisi
lain dikemukakan oleh Savaira (2014) sistem pakar (expert system) secara umum adalah sistem yang berusaha mengadopsi
pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah
seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Atau dengan kata lain sistem pakar
adalah sistem yang didesain dan diimplementasikan dengan bantuan bahasa
pemrograman tertentu untuk dapat menyelesaikan masalah seperti yang dilakukan
oleh para ahli.
Dari
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengambilan keputusan dalam
mendiagnosa atau bahkan dalam kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan AI
sebagai expert system untuk membantu
manusia dalam menyelesaikan pekerjaan secara efektif dan efisien, termasuk
dalam mendiagnosa keadaan psikis ataupun fisik seseorang sesuai dengan standar
diagnosa para ahli yang dikerjakan oleh sistem pakar dalam AI. Seperti yang
diketahui bahwa diagnosis adalah identifikasi sifat-sifat penyakit atau kondisi
atau membedakan satu penyakit atau kondisi dari yang lainnya. Penilaian dapat
dilakukan melalui pemeriksaan fisik, tes laboratorium, atau sejenisnya, dan
dapat dibantu oleh program komputer yang dirancang untuk memperbaiki proses
pengambilan keputusan (dalam Kamus Kesehatan, 2014).
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. (2012). Artificial intellignce and expert system. http://baguarmono.wordpress.com/2012/10/28/artificial-intelligence-and-expert-system/
(diakses pada 15 januari 2014, 20:18)
Annisa. (2012). Artificial Intelligence (AI), AI dan Kognisi Manusia, AI dan Sistem
Pakar. http://ichacha-ichadudul.blogspot.com/2012/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
(diakses pada 14 Januari 2014, 12:27)
Hangganararas, E. (2012). Artifiial Intelligence. http://alealeiw.blogspot.com/ 2012/10/artificial-intelligence-ai-ai-dan.html
(diakses pada 15 Januari 2014, 20:05)
Kamus Kesehatan. (2014). Diagnosa.
http://kamuskesehatan.com/arti/diagnosis/ (diakses pada 15 Januari 2014, 20:00)
Savaira, M. (2014). Artifiial intelligence. http://mega-savaira.blogspot.com/
2014_01_01_archive.html (diakses pada 15 Januari 2014, 19:52)
Solso, R.L., Maclin, O.H., & Maclin,
M.K. (2008). Psikologi kognitif edisi
kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Usberpsikologi. (2012). Sejarah Artificial Intellegence http://usberstop.wordpress.
com/2012/10/26/sejarah-artificial-intellegence/ (diakses pada 13 Januari 2014,
21:22)
Wikipedia. (2013). Kecerdasan buatan. http://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_
buatan#Sejarah_kecerdasan_buatan (diakses pada 13 Januari 2014, 19:33)