Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi
yang lahir pada pertengahan dan akhir abad yang lalu, dilihat secara etimologis
mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas, yaitu “mind” atau
sederhananya: jiwa dan “therapy” dari bahasa Yunani yang berarti “merawat”,
sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek
kejiwaan” seseorang. Dalam Oxford English Dictionary, perkataan “psychotherapy”
tidak tercantum, tetapi ada perkataan “psychotherapeutic” yang diartikan
sebagai perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan mempergunakan teknik
psikologis untuk melakukan intervensi psikis (dalam Gunarsa, 2007)
Psikoterapi
merupakan suatu alat yang efektif dalam membantu individu yang menderita untuk
meningkatkan rasa fleksibilitas, kebebasan, dan kesenangan dalam hidup mereka.
Psikoterapi membantu orang menjadi pemecah persoalan yang lebih kompeten dan menjadi
orang yang lebih adaptif (dalam Setio, 2007)
Corsini (1989) mengungkapkan psikoterapi sebagai suatu
proses formal dan interaksi antara dua pihak yang memiliki tujuan untuk
memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress).
Sedangkan Wolberg (1967), mengungkapkan
bahwa psikoterapi merupakan suatu
bentuk perlakuan atau tritmen terhadap masalah yang sifatnya emosional. Dengan
tujuan menghilangkan skimtom untuk mengantarai pola perilaku yang terganggu
serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif.
Tujuan
Psikoterapi
Tujuan
dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang
banyak peminatnya, dari dua orang tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey
(1991).
1. Menurut
Corey (1991)
- Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
- Tujuan psikoterapi dengan pendekatan tingkah laku adalah secara umum untuk menghilangkan perilaku dan mencari apa yang dapat dilakukan terhadap perilaku yang menjadi masalah. Klien berperan aktif dalam menyusun terapi dan menilai bagaimana tujuan-tujuan ini bisa tercapai.
- Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Kognitif-Behavioristik dan Rasional-Emotif adalah menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara lebih rasional dan toleran. Untuk membantu pasien mempergunakan metode yang lebih ilmiah atau objektif untuk memecahkan masalah emosi dan perilaku dalam kehidupan selanjutnya.
- Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Gestalt adalah membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamnnya. Untuk merangsangnya menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.
- Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Realitas adalah untuk membantu seseorang agar lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Merangsang untuk menilai apa yang sedang dilakukan dan memeriksa sebarapa jauh tindakannya berhasil.
2. Menurut
Ivey, et al (1987)
- Tujuan Psikoterapi dengan pendekatan Behavioristik adalah untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan. Arah perubahan perilaku yang khusus ditentukan oleh klien.
- Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Gestalt, adalah agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang.
- Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Realitas adalah untuk memenuhi kebutuhan seseorang tanpa dicampur-tangani orang lain. Untuk menentukan keputusan yang bertanggung jawab dan untuk bertindak dengan menyadari sepenuhnya akan akibat-akibatnya.
Unsur-unsur dalam Psikoterapi
Masserman
(dalam Residen Bagian Psikiatri, 2007) telah melaporkan tujuh parameter
pengaruh dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi.
Dalam hal ini termasuk peran sosial (“martabat”) psikoterapis, hubungan
(persekutuan terapiutik), hak, retrospeksi, re-edukasi, rehabilitasi,
resosialisasi, dan rekapitulasi.
Unsur-unsur
psikoterapiutik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi
dengan berlanjutnya terapi. Ciri-ciri ini dapat diubah dengan berubahnya tujuan
terapiutik, keadaan mental, dan kebutuhan pasien.
Perbedaan Konseling dan Psikoterapi
Pengertian
Konseling
Pada
tahun 1985, English dan English merumuskan konseling adalah hubungan pada mana
seseorang berusaha membantu orang lain untuk memahami dan memecahkan masalah
penyesuaian. Misalnya konseling dalam bidang pendidikan, jabatan dan sosial.
Smith
(1955): Suatu proses yang terjadi dalam hubungan pribadi antara seorang yang
mengalami kesulitan dengan seorang yang profesional yang latihan dan
pengalamannya mungkin dapat dipergunakan untuk membantu orang lain memecahkan persoalan
pribadinya.
Blocher
(1966): Membantu seseorang agar menyadari reaksi-reaksi pribadi terhadap
pengaruh perilaku dari lingkungan dan membantu seseorang membentuk makna dari
perilakunya. Konseling juga membantu klien untuk membentuk dan memperjelas rangkaian
dan tujuan dari nilai-nilai untuk perilaku selanjutnya
Lewis
(1970): Adalah proses dimana seseorang yang menglami kesulitan (klien) dibantu
untuk merasakan dan selanjutnya bertindak dengan cara yang lebih memuaskan
dirinya, melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat yakni konselor.
Konselor memberikan reaksi dan informasi untuk mendorong klien mengembangkan
perilaku untuk berhubungan secara lebih efektif dengan diri sendiri dan
lingkungan.
Bernard
dan Fullmer (1977): Usaha untuk mengubah pandangan seseorang terhadap diri
sendiri, orang lain atau lingkungan fisik. Sebagai akibatnya, seseorang dibantu
untuk mencapai identitas sebagai pribadi dan menentukan langkah-langkah untuk
memupuk perasaan berharga, perasaan berarti dan bertanggung jawab.
Ciri-ciri
umum yang agaknya bisa disepakati oleh banyak ahli mengenai tujuan konseling,
adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Stefflre dan Grant (1972), bahwa
tujuan konseling agaknya lebih terbatas (ini dihubungkan dengan tujuan
psikoterapi), lebih berhubungan dengan membantu pertumbuhan dan dalam situasi
sesaat, membantu seseorang agar bisa berfungsi untuk menyesuaikan diri dengan
peran yang tepat.
Tujuan
konseling (dalam Gunarsa, 2007):
- Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku
- Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu
- Meningkatkan kemampuan dalam menentukan keputusan
- Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan
- Menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan klien
Perbedaan
Konseling dan Psikoterapi menurut Corey (1988):
Konseling:
1. Adanya
peningkatan kesadaran dan memungkinkan memilih
2. Difokuskan
pada masalah
3. Membantu
individu untuk menyingkirkan hal-hal yang menghambat pertumbuhan individu
tersebut
4. Individu
dibantu untuk menemukan sumber-sumber pribadi agar bisa hidup lebih efektif
Psikoterapi:
1. Difokuskan
pada proses-proses tak sadar
2. Berurusan
dengan pengubahan struktur kepribadian
3. Mengarah
pada pemahaman diri yang intensif tentang dinamika-dinamika yang bertanggung
jawab atas terjadinya krisis-krisis kehidupan ketimbang hanya berurusan dengan
usaha mengatasi krisis kehidupan tertentu
Pendekatan Psikoterapi terhadap
Mental-Illness
1. Psychoanalysis
& Psychodynamic
Pendekatan ini fokus
pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar
masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychodynamic (Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund
Feud (1856-1939), seorang neurologist
dari Austria. Teori dan praktek psikodinamik sekarang ini sudah dikembangkan
dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna
mendapatkan hasil yang lebih efektif.
Tujuan dari metode
psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang
sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah
di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah
sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka
seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi).
Beberapa metode
psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance
Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing,
Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.
2. Behavior Therapy
Pendekatan terapi
perilaku (behavior therapy) berfokus
pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses
belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”.
Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia
bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau
aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan
ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah
melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah
belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku
ketakutan".
Tokoh lain dalam
pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa
seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.
Berbagai metode
psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior
Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning,
Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan
lain sebagainya.
3. Cognitive Therapy
Terapi
Kognitif (Cognitive Therapy) punya
konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu,
pendekatan Cognitive Therapy lebih
fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi
pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar
dalam cognitive therapy antara lain
Albert Ellis dan Aaron Beck.
Tujuan
utama dalam pendekatan kognitif adalah mengubah pola pikir dengan cara
meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Beberapa metode psikoterapi yang
termasuk dalam pendekatan kognitif adalah
Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning,
Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive
Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT)
dan sebagainya.
4. Humanistic Therapy
Pendekatan
Humanistic Therapy menganggap bahwa
setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan
hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang
psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan
perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan
memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar
kesadarannya sendiri.
Metode
psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt Therapy, Client Cantered
Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family Therapies,
Transpersonal Psychotherapy dan
Existential Psychotherapy.
5. Integrative/Holistic Therapy
Integrative
Therapy atau Holistic Therapy, yaitu suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan
untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan. Seperti seorang klien yang
mengalami komplikasi gangguan psikologis yang mana tidak cukup bila ditangani
dengan satu metode psikoterapi saja. Oleh karena itu, digunakan beberapa metode
psikoterapi dan beberapa pendekatan sekaligus.
Bentuk Utama Psikoterapi
Berdasarkan
tujuan dan pendekatan metodis, Wolberg membagi perawatan psikoterapi menjadi
tiga (3) tipe, yaitu :
1. Penyembuhan Supportif (Supportive Therapy)
Merupakan
perawatan dalam psikoterapi yang mempunyai tujuan untuk :
a. Memperkuat
benteng pertahanan (harga diri atau kepribadian)
b. Memperluas
mekanisme pengarahan dan pengendalian emosi atau kepribadian
c. Pengembalian
pada penyesuaian diri yang seimbang.
Penyembuhan
supportif ini dapat menggunakan beberapa metode dan teknik pendekatan, diantaranya :
a. Bimbingan
(Guidance)
b. Mengubah
lingkungan (Environmental Manipulation)
c. Pengutaraan
dan penyaluran arah minat
d. Tekanan
dan pemaksaan
e. Penebalan
perasaan (Desensitization)
f. Penyaluran
emosional
g. Sugesti
h. Penyembuhan
inspirasi berkelompok (Inspirational Group Therapy)
2. Penyembuhan Reedukatif (Reeducative Therapy)
Suatu
metode pnyembuhan yang mempunyai bertujuan untuk mengusahakan penyesuaian
kembali, perubahan atau modifikasi sasaran/tujuan hidup, dan untuk menghidupkan
kembali potensi. Adapun metode yang dapat digunakan antara lain :
a. Penyembuhan
sikap (attitude therapy)
b. Wawancara
(interview psychtherapy)
c. Penyembuhan
terarah (directive therapy)
d. Psikodrama,
dll
3. Penyembuhan
Rekonstruktif (Reconstructive Therapy)
Penyembuhan
rekonstruktif mempunyai tujuan untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflik
yang tidak disadari agar terjadi perubahan struktur karakter dan untuk
perluasan pertunbuhan kepribadian dengan mengembangkan potensi. Metode dan
teknik pendekatannya antara lain :
a. Psikoanalisis
b. Pendekatan
transaksional (transactional therapy)
c. Penyembuhan
analitik berkelompok
Sumber:
Gunarsa, D. 1992. Konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia
Corey, G. Teori dan praktek konseling dan psikoterapi.
Bandung: PT. Eresco
Setio,
M. 2007. Buku saku psikiatri: Residen
Bagian Psikiatri UCLA. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Eka,
E. metode psikoterapi yang dipakai. Psikoterapis.com
Dimyati, G. 2011. Peran agama sebagai metode psikoterapi.
Makalah. Pekalongan: SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)