Pages

sosiologi: pemuda Indonesia zaman sekarang

“Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia”

Kalimat yang dilontarkan oleh Ir. Soekarno kepada bangsa Indonesia saat itu masih menjadi suatu hal yang “menakjubkan” bagi para rakyat Indonesia. Dari kalimat itu tersirat semangat dan kepercayaan penuh presiden pertama kita kepada para pemuda Indonesia. Tanpa adanya pemuda Indonesia, Indonesia tidak akan mengalami kemajuan yang begitu mencolok dibandingkan pada masa penjajahan dahulu. Bahkan mungkin bangsa Indonesia tidak akan meraih kemerdekaannya kembali seperti sekarang ini.

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesian, pemuda selalu menempati peran yang sangat strategis dari setiap peristiwa penting yang terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemuda menjadi tulang punggung dari keutuhan perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang ketika itu. Peran tersebut juga tetap disandang oleh pemuda Indonesia hingga kini, selain sebagai pengontrol independen terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dan penguasa, pemuda Indonesia juga secara aktif melakukan kritik, hingga mengganti pemerintahan apabila pemerintahan tersebut tidak lagi berhak ke masyarakat. Hal ini dapat dilihat pada kasus jatuhnya pemerintahan Soekarno oleh gerakan pemuda, yang tergabung dalam kesatuan-kesatuan aksi mahasiswa dan pemuda tahun 1966. Hal yang sama juga dilakukan oleh pemuda dalam menumbangkan pemerintahan Soeharto 32 tahun kemudian. Peran yang disandang pemuda Indonesia sebagai agen perubahan (Agent of Change) dan agen kontrol sosial (Agent of Social Control) hingga saat ini masih sangat efektif dalam memposisikan peran pemuda Indonesia.

Tidak sedikit pejuang kita yang menaruh harapan besar pada pemuda Indonesia. Seakan-akan pemuda Indonesia dilahirkan sebagai prajurit yang akan membela bangsa dan negaranya mati-matian. Hal itu tercermin pada tanggal 28 Oktober 1928 lalu, dengan dibacakannya Sumpah Pemuda di depan para pemuda Indonesia yang dihadiri oleh pemuda-pemuda Indonesia yang berasal dari suku, ras, agama, serta tempat tinggal yang berbeda-beda. Para pejuang yang telah mencucurkan peluhnya untuk kemerdekaan bangsa Indonesia menyerahkan hidup dan mati bangsa kepada pemuda Indonesia selanjutnya.

Namun, harapan terkadang memang tidak sesuai dengan kenyataan. Pemuda Indonesia saat ini telah banyak menuai kontrovensi. Apakah pemuda Indonesia dapat menjadi tonggak bagi bangsa, ataukah akan menjadi bumerang bagi bangsanya sendiri? Dilihat dari gaya hidup dan perjuangan para pemuda yang minim akan rasa nasionalisme kepada bangsa dan tahan air Indonesia.

Pemuda seharusnya berperan penting bagi pembangunan bangsa Indonesia. Akan tetapi, karakteristik pemuda zaman sekarang sangat tidak relevan dengan apa yang telah diharapkan oleh para pejuang bangsa Indonesia. Pemuda zaman sekarang cenderung senang menggunakan emosi mereka untuk menyelesaikan berbagai masalah yang sedang dihadapi. Baik masalah pribadi ataupun masalah kelompok.

Seperti dewasa ini, mahasiswa, yang dianggap sebagai pemuda Indonesia yang berpendidikan, lebih sering menjadi sorotan masyarakat. Hal ini dikarenakan beberapa mahasiswa/mahasiswi, baik dari universitas ternama ataupun tidak mengadakan demonstrasi besar-besaran di kota-kota tertentu. Demonstrasi yang dilakukan para peuda ataupun orang dewasa sekalipun sebenarnya tidak sepenuhnya dinilai salah, jika demo tersebut sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan tidak menyebabkan kekacauan atau bahkan bentrok yang menyebabkan kerugian harta dan nyawa. Karena ketidakmampuan pemuda zaman sekarang dalam mengontrol emosi mereka, mereka cenderung tidak dapat menyelesaikan masalah secara kekeluargaan, kebanyakan dari pemuda tersebut menyampingkan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan membuat beberapa kericuhan di beberapa tempat seperti di Istana Negara, gedung MPR, gedung Mahkamah Agung, dll. Selain itu, merebaknya pornoaksi yang dilakukan para pemuda Indonesia juga merupakan gambaran dari kekurangan rasa nasionalisme serta patriotisme pemuda pada bangsa Indonesia.

Selain itu pemuda sekarang lebih cenderung mementingkan kepentingan diri sendiri dibandingkan kepentingan bersama. Seperti contoh, pada hari minggu atau hari libur lainnya remaja zaman sekarang lebih memilih untuk berjalan-jalan ke mall dibandingkan ikut melakukan kerja bakti di lingkungan mereka. Mereka mencari kesenangan mereka sendiri, tidak memperdulikan keadaan sekitar yang seharusnya mereka dapat ikut berpartisipasi di dalamnya.

Dengan adanya globalisasi, remaja semakin mudah untuk bergaul dengan leluasa. Remaja yang tidak dapat membawa dirinya dalam pergaulan, akan menjadi masyarakat yang membawa dampak buruk bagi negara. Nilai-nilai serta norma-norma agama dan bangsanya tidak dihiraukan. Semangat pejuang yang diwariskan kepada pemuda Indonesia tidak lagi terasa dalam kehidupan pemuda pada zaman sekarang. Hilangnya identitas bangsa yang ditandai dengan westernisasi yang banyak dilakukan oleh para remaja Indonesia juga menjadi masalah bagi kekuatan bangsa Indonesia.

Harapan bangsa Indonesia kepada pemuda zaman sekarang yaitu agar pemuda pemudi zaman sekarang tidak lagi mencoreng nama baik bangsanya sendiri dan tidak terpengaruh oleh berbagai faktor yang akan mengahancurkan identitas bangsa Indonesia. Pemuda sebagai tonggak bangsa perlu menyadari makna kebangsaan dan kemerdekaan Indonesia. Serta menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa Indonesia.

Sumber:

terima kasih :)

harga diri dan kecenderungan narsisme pada pengguna Friendster

Zaman sekarang siapa yang tidak mengenal jejaring sosial ?
Berbagai kalangan pasti mengetahui kegunaan social network tersebut, yaitu adalah untuk  bersosialisasi baik dengan kerabat dekat ataupun jauh. Banyak pula orang yang menggunakan social network mereka untuk “memajang diri” mereka. Dengan kata lain, narsisme berlaku di dalam dunia maya.

Pada beberapa jejaring sosial seperti Twitter, Facebook, Yahoo Messanger, Friendster, dan situs jejaring sosial lainnya kita dapat meng-upload berbagai macam data dalam bentuk gambar, video, lagu, dsb. Tetapi dari berbagai macam data yang di-post-kan oleh pengguna jejaring sosial tersebut, kita, para pengguna paling banyak meng-upload data atau semacamnya yang berhubungan dengan diri kita sendiri. Baik dalam bentuk kata-kata yang menggambarkan berbagai macam perasaan, gambar atau foto dengan berbagai macam ekspresi, dan vidio serta lagu yang sedang booming dan menjadi kesukaan para pengguna jejaring sosial tersebut.

Kemajuan teknologi dalam bidang internet memberikan kemudahan bagi para pengguna untuk dapat lebih leluasa mengekspresikan perasaan mereka yang tidak dapat tersampaikan secara langsung.

Seperti dalam jurnal Harga Diri dan Kecenderungan Narsisme pada Pengguna Friendster yang disusun oleh Pradana Saktya Adi dan M. Erna Agustina Yudiati pada Desember 2009, menjelaskan tentang adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara harga diri dengan kecenderungan narsisme. Semakin rendah harga diri seseorang, maka semakin tinggi kecenderungan narsisme orang tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi harga diri seseorang, akan semakin rendah pula kecenderungan narsisme orang tersebut dalam penggunaan jejaring sosial seperti Friendster contohnya.

Jurnal tersebut menyatakan bahwa kemajuan teknologi yang pesat dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, sekaligus menggiring manusia memasuki era globalisasi di penghujung abad ke-21, agaknya memiliki kontribusi yang tidak kecil dalam perubahan peradaban manusia.

Makin maraknya dunia maya yang melengkapi kebutuhan manusia dengan mengadakan program jejaring sosial. Bebrapa tahun lalu orang dapat berinteraksi dengan orang lain melalui internet dalam ruang mengobrol di server IRC maupun di ruang mengobrol berbasiskan web, misal Yahoo Messenger tanpa bisa melihat profil orang yang sedang mengobrol dengan kita.

Inilah gebrakan yang membuat situs Friendster (dapat diakses melalui www.friendster.com) cepat sekali populer sebagai perangkat lunak jaringan sosial. Friendster adalah sebuah situs jaringan yang bisa membuat orang menampilkan profil beserta fotonya dan melakukan hubungan dengan teman, temannya teman, atau temannya temannya teman. Cara Friendster melakukan interaksi yaitu dengan saling bertukar komentar yang sering disebut testimonial.

Dalam jurnal ini juga disebutkan bahwa komentar yang terlontar dari seseorang melalui testimonial, yang biasanya berisi “pesan yang tidak penting” tersebut dan akan terlihat lebih “hebat” lagi jika ada temannya yang mmberikan komentar tentang foto pribadi, wallpaper atau blog, yang boleh dikatakan “sangat narsis” melalui fitur testimonial yang seharusnya dikrim hanya ke penerima.

Kata narsisme biasanya ditujukan pada orang-orang yang memiliki kecenderungan untuk mencintai dirinya sendiri dan kemudia bermanifestasi pada tingkah lakunya, serta meminta pengaguman dan pemujaan diri dari orang lain. Hal yang paling sering dilakukan orang yang mendapatkan “label” narsisme adalah orang tersebut senang membicarakan dan memuji dirinya sendiri di hadapan orang lain. Terkadang ada pujian yang memang sesuai dengan kenyataan dan ada pula yang tidak. Seseorang yang sering memotret dirinya sendiri juga dapat diberi “label” narsisme.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian jurnal ini adalah dengan metode kuantitatif. Yaitu dengan cara mengadakan pengukuran mengenai harga diri dan kecenderungan narsisme seseorang. Pengguna Friendster yang memiliki harga diri yang rendah mempunyai kecenderungan narsisme. Pendapat tersebut didukung oleh Robins (2001) yang mengatakan bahwa individu yang memiliki kecenderungan narsisme memiliki harga diri yang rendah.

Pemujian dan pengaguman orang lain kepada diri sendiri sering dirasakan oleh semua orang semasa hidupnya. Orang akan senang dengan mendapatkan pengaguman dari orang lain dan merasa bahwa diriya berharga dan berguna bagi sekelilingnya. Namun tentu saja sangat tidak dianjurkan untuk merasa senang dan tersanjung yang berlebihan terhadap pujian dari orang lain tersebut.

Jurnal ini dilengkapi dengan hasil penelitian Campbell (2000) dan Kwan (2004), yang mengatakan bahwa kecenderungan narsisme justru digunakan sebagai alat untuk menutupi kelemahan dan kekurangannya, yakni harga diri yang rendah.

Selain itu juga dikatakan bahwa individu yang memiliki harga diri yang normal berarti individu tersebut masih memiliki kesadaran untuk menerima dirinya sebagaimana adanya dan memahami dirinya seperti apa adanya.


Contoh lain dari orang yang memiliki kecenderungan narsisme terlihat dari orang yang cenderung suka memamerkan kelebihan-kelebihannya, misalnya bisa mengatur wallpaper, video, atau MP3 yang unik dan menarik. Namun, ketika ada orang lain yang ingin meminta bantuan untuk “mempercantik” akun Friendster, pengguna Friendster dengan kecenderungan narsisme merasa enggan berbagi tips. Orang dengan kecenderungan narsisme juga dapat merasa sulit untuk memahami orang lain serta hanya mau mendengarkan hal-hal positif tentang dirinya sendiri dan cenderung menolak masukan yang disampaikan orang lain.

Orang yang memiliki kecenderungan narsisme memiliki hubungan interpersonal yang dangkal dengan teman-temannya, kurang perhatiannya dengan temannya mengindikasikan bahwa dirinya mengalami gangguan kepribadian, yakni kecenderungan narsisme.

Banyak faktor yang mempengaruhi kecenderungan narsisme pastinya, seperti perasaan kesepian, kurangnya sosialisasi dengan lingkungan sekitar, faktor keluarga yang kurang memberikan perhatian, dan masih banyak lagi.

Narsisme perlu dalam membangun kepercayaan diri untuk menjalankan kehidupan. Namun ada batas-batas tertentu yang menjelaskan bahwa manusia hidup tidaklah selalu indah. Terkadang kita harus mengiyakan hal buruk yang ada pada kita serta mengatur ulang kehidupan kita agar menjadi lebih baik dengan cara menerima masukan dari sekeliling kita.

Sumber: 



ayoo gunakan internet untuk lahan psikologi


Sebelumnya kita telah memahami manfaat internet yang sangat beragam dalam kehidupan kita. Karena memang pada dasarnya internet diciptakan untuk mempermudah pekerjaan dan menyelesaikan berbagai masalah di dalamnya. Tapi jangan salah, kegunaan internet juga banyak yang disalahgunakan. Seperti contoh maraknya penipuan, perkembangan game online yang berdampak negatif di kalangan anak-anak,  sampai beredarnya situs-situs porno yang dapat dengan free di-download ataupun di-upload.

Internet kaya akan fungsi dan manfaat. Dalam bidang ekonomi internet digunakan untuk mengembangkan bisnis serta tawar menawar barang/jasa. Dalam bidang sosial, internet berhasil menyatukan berbagai budaya yang dulunya mungkin tidak pernah saling berinteraksi. Sedangkan  dalam berbagai penelitian-penelitian, internet dapat digunakan untuk mencari data-data yang harus dikumpulkan untuk menyempurnakan bahan penelitian. Bahkan internet mempermudah globalisasi yang akan terus berkembang di dunia.

Hmmm tapi disini kita tidak akan menjelaskan secara detail manfaat internet dalam bidang-bidang di atas tadi. Internet juga menyediakan “berhektar-hektar” lahan untuk bidang psikologi. Di zaman yang serba canggih ini apapun bisa diciptakan dan dilakukan manusia secara praktis. Untuk lebih jelasnya, coba kita bandingkan perbedaan cara kerja psikolog beberapa tahun lalu dengan psikolog zaman sekarang.

Beberapa tahun atau berpuluh-puluh tahun yang lalu para psikolog menyalurkan keahlilan mereka di balik meja kerja dan berhadapan dengan sang klien dalam suatu ruangan kantor. Namun dewasa ini, beberapa psikolog dan para klien tidak usah bersusah payah bertatap muka dalam suatu ruangan kantor untuk sekedar berkonseling. Mereka dapat membuka situs psikologi dan mulai mengeluhkan keresahan mereka atau hanya membaca beberapa artikel yang dapat memberikan motivasi dalam dirinya.

Contohnya saja sepeti situs psikologizone.com, kita dapat memposting artikel, opini dan berita, menyatakan pendapat atau komentar, memberikan rating setiap posting yang ada, mengirimkan pesan ke anggota lain, serta menampilkan profil si penulis. Dengan desain yang cukup menarik dan lengkap, situs ini memberikan layanan yang memadai bagi para psikolog atau para pecinta psikologi. Berikut tampilan situs yang menarik ini:


Cukup lengkap kan teman-teman??
Banyak sekali fitur-fitur yang dapat kita nikmati dengan membuka situs tersebut. Selain berkonsultasi, kita juga bisa mendapatkan berbagai berita dan ilmu pengetahuan mengenai pasikologi. Baik dari psikologi klinis, psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi industri & organisasi, serta psikologi sosial. 



Selain psikologizone.com yang menjadi lahan bagi para psikolog, ada juga situs psikologi lain seperti e-psikologi.com. E-psikologi.com memiliki tampilan yang terlihat lebih simpel dibandingkan dengan psikologi zone. Seperti dibawah ini:



Situs ini menyediakan beberapa tes psikologi yang dapat kita ikuti serta hasil dari tes yang telah kita lewati. Tes psikologi disini terdiri dari beberapa pertanyaan yang sesuai dengan topik atau tema yang telah tersedia dalam situs tersebut. Setelah kita isi semua pertanyaan yang sesuai dengan diri kita, kita dapat melihat hasil dari tes tersebut. Berikut tes dalam Kuis Perfeksionis yang tersedia dalam layanan ini.


 dan hasilnya...



Nah dengan tersedianya layanan kuis seperti ini, kita dapat mengetahui baik dan buruknya sifat kita tanpa harus susah-susah bertatap muka dengan psikolog, kita juga tidak perlu membayar mahal untuk berkonsultasi dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Karena para psikolog yang ikut andil dalam penciptaan situs tersebut sudah mendapatkan penghasilannya sendiri dari pembuatan situs psikologi.

The internet’s so usefull for a good people only

Sumber:

proses sosial dan hubungan sosiologi dengan ilmu sosial lainnya


A.    PE NGERTIAN SOSIOLOGI DAN PROSES SOSIAL
Menurut beberapa ahli sosiologi dapat didefinisikan dalam berbagai arti, maka akan dijumpai beberapa petunjuk yang akan dapat membantu menetapkan ilmu pengetahuan macam apakah sosiologi itu. Beberapa definisi sosiologi sebagai berikut:
a.       Pitirim Sorokin mengatakan bahwa sosioogi adalah suatu ilmu yang mempelajari:
1.      Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-geala sosial, misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluaraga dengan moral, hukum dengan ekonomi, dan lain sebagainya.
2.      Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial, misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya.
3.      Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
b. Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
c. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff, berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.
d. J.A.A Vandorn dan C.J Lamers berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
e. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
           

Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan orang perorang atau kelompok secara bersama Proses sosial juga merupakan cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada.
Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst. Interaksi sosial juga merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.  
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi social (yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompo tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.
 Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua belah pihak. Interaksi sosial tak akan mungkin teradi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan termaksud.
B.     FAKTOR INTERAKSI SOSIAL
a.       Imitasi
Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku
b.      Sugesti
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.
c.       Identifikasi
Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.
d.      Proses simpati
Sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.
C.    SYARAT-SYARAT TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua Syarat terjadinya interaksi sosial :
1.      Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk.Yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.
·            Adanya orang perorangan
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebuasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota.
·            Ada orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya
Kontak sosial ini misalnya adalah seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat atau apabila suatu partai politik memkasa anggota-anggotanya menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya.
·            Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
Umpamanya adalah dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan parpol yang ketiga di pemilihan umumu.
2.      Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gera-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok manusia atau perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang dilakukannya.
Terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sengangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama seali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.
Suatu kontak dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak perimer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Sekunder dapat dilakukan secara langsung. Hubungan-hubungan yang sekunder tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat telepon, telegraf, radio, dst.
Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat diuji terhadap suatu kehidupan yang terasing (isolation). Kehiduapan terasing yang sempurna ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi sosial dengan pihak-pihak lain. Kehidupan terasing dapat disebaban karena secara badaniah seseorang sama sekali diasingkan dari hubungan dengan orang-orang lainnua. Padahal perkembangan jiwa seseorag banyak ditentuan oleh pergaulannya dengan orang lain.
D.    BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Pertikaian mungkin akan mendapatkan suatu penyelesaian, namun penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi. Ini berarti kedua belah pihak belum tentu puas sepenunya. Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial.
Keempat bentuk pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan suatu kontinuitas, di dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial :
1.            Proses-proses yang Asosiatif
a.       Kerja Sama (Cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan lainnya.
Fungsi kerja sama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna”
Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan :
1.      Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta
2.      Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan hasil perintah atasan atau penguasa
3.      Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu
4.      Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.
Ada 5 bentuk kerjasama sebagai berikut:
1.      Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong
2.      Bargaining, yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih
3.      Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
4.      Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama.
5.      Joint venture, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan, dst.
b.      Akomodasi (Accomodation)
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu menujuk pada suatu keadaan dan untuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu :
1.      Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham
2.      Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer
3.      Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta.
4.      mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.
Bentuk-bentuk Akomodasi:
1.      Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan
2.      Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3.      Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri
4.      Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
5.      Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
6.      Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
7.      Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan
c.       Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Proses-proses asimilasi timbul bila ada :
1.      Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya
2.      Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga
3.      Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi yang asimilatif) bila memiliki syarat-syarat berikut ini:
1.      Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tadi juga berlaku sama
2.      interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan
3.      Interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer
4.      Frekuaensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus dicapai dan dikembangankan.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah:
1.      Toleransi
2.       Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3.      Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4.      Sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5.      Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6.      Perkawinan campuran (amaigamation)
7.      Padanya musuh bersama dari luar
Faktor umum penghalangan terjadinya asimilasi:
1.      Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat
2.      Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan itu seringkali menimbulkan faktor ketiga
3.      Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
4.      Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
5.      Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi
6.      In-Group-Feeling yang kuat menjadi penghalang berlangsungnya asimilasi. In Group Feeling berarti adanya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.
7.      Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain apabila golongan minoritas lain mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa
8.      Faktor perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan pertentangan-pertentangan pribadi.
Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan dalam pola adat istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut terakhir biasa dinamakan akulturasi. Perubahan-perubahan dalam pola adat istiadat dan interaksi sosial kadangkala tidak terlalu penting dan menonjol.
2.            Proses-proses Disosiatif
Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle for existence). Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahan, oposisi proses-proses yang disosiatif dibedkan dalam tiga bentuk, yaitu :
a.      Persaingan (Competition)
 Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunya dua tipe umum :
1.      Bersifat Pribadi: individu/perorangan bersaing dalam memperoleh kedudukan. Tipe ini dinamakan rivalry.
2.      Bersifat Tidak Pribadi: Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
Bentuk-bentuk persaingan :
1.      Persaingan ekonomi: timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan jumlah konsumen
2.      Persaingan kebudayaan: dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan, pendidikan, dst.
3.      Persaingan kedudukan dan peranan: di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
4.      Persaingan ras: merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan karna ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi :
1.      Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif
2.      Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa medapat pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
3.      Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial. Persaingan berfungsi untuk mendudukan individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya.
4.      Sebagai alat menyaring para warga golongan karya (”fungsional”)
Hasil suatu persaingan terkait erat dengan pelbagai faktor berikut ini:
1.      Kerpibadian seseorang
2.      Kemajuan : Persaingan akan mendorong seseorang untuk bekerja keras dan memberikan sahamnya untuk pembangunan masyarakat.
3.      Solidaritas kelompok : Persaingan yang jujur akan menyebabkan para individu akan saling menyesuaikan diri dalam hubungan-hubungan sosialnya hingga tercapai keserasian.
4.      Disorganisasi : Perubahan yang terjadi terlalu cepat dalam masyarakat akan mengakibatkan disorganisasi pada struktur sosial.
b.      Kontravensi (Contravetion)
 Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 5 :
1.      Secara umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana
2.      Secara sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dst.
3.      Secara intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan pihak lain
4.      Secara rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.
5.      Secara taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain.
Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan, provokasi, intimidasi, dst.
Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi :
1.      Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah mengalami perubahan yang sangat cepat
2.      Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.
3.      Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.
Tipe-tipe Kontravensi :
1.      Kontravensi antarmasyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :
2.      Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan (intracommunity struggle)
3.      Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat (intercommunity struggle)
4.      Antagonisme keagamaan
5.      Kontravensi Intelektual: sikap meninggikan diri dari mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi atau sebaliknya
6.      Oposisi moral : erat hubungannya dengan kebudayaan.
Pertentangan (Pertikaian atau conflict)
Pribadi maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian. Sebab musabab pertentangan adalah :
1.      Perbedaan antara individu
2.      Perbedaan kebudayaan
3.      perbedaan kepentingan
4.      perubahan sosial.
Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya telah tercapai. Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus:
1.      Pertentangan pribadi
2.      Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan
3.      Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan
4.      Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
5.      Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan Negara.
Akibat-akibat bentuk pertentangan:
1.      Tambahnya solidaritas in-group
2.      Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut.
3.      Perubahan kepribadian para individu
4.      Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
5.      Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak
Baik persaingan maupun pertentangan merupakan bentuk-bentuk proses sosial disosiatif yang terdapat pada setiap masyarakat.


HUBUNGAN SOSIOLOGI DENGAN ILMU SOSIAL LAINNYA
Secara langsung maupun tidak langsung sosiologi berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial lain dari berbagai segi kehidupan manusia karena sosiologi adalah ilmu yang mengkaji masyarakat dalam teori dan prakteknya seperti sejarah, ekonomi, politik, antropologi dan psikologi sosial.
1.      Sosiologi dan Sejarah
Merupakan dua ilmu sosial yang sama-sama mengkaji kejadian dan hubungan yang dialami manusia. Sejarah lebih difokuskan pada peristiwa yang terjadi pada masa lampau dan juga ingin menemukan sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa. Sejarah menaruh perhatian khusus pada sifat-sifat unik dari sebuah peristiwa sejarah sedangkan sosiologi hanya mengamati peristiwa-pwristiwa yang merupakan proses sosial yang muncul dari hubungan antarmanusia dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Artinya sejarah menyoroti perbedaan-perbedaan yang terjadi pada peristiwa-pertistiwa yang sama sedangkan sosiologi menyoroti persamaan-persamaan yang ada dari peristiwa yang berbeda.
2.      Sosiologi dan Ekonomi
Ekonomi merupakan ilmu yang menyelidiki semua fenomena yang berhubungan dengan usaha, produksi dan distribusi sumber daya. Sebagai contoh ekonomi berusaha memecahkan masalah yang timbul karena tidak seimbangnya persediaan pangan dengan jumlah penduduk dengan cara menaikkan produksi bahan pangan. Sosiologi berusaha melihat permasalahan ini dengan melibatlan unsure-unsur dalam masyarakat misalnya petani.
3.      Sosiologi dan Politik
Politik meneliti tentang pemerintah dan menjelaskan kompleksitas pemerintahan antara lain mempelajari tentang upaya untuk memperoleh kekuasaan dan pendayagunaan kekuasaan. Sosiologi memusatkan perhatiannya pada segi-segi masyarakat yang bersifat umum untuk memperoleh kekuasaan digambarkan oleh sosiologi sebagai salah satu bentuk persaingan atau konflik.
4.      Sosiologi dan Antropologi
Antropologi memusatkan perhatiannya pada masyarakat tradisional yang masih sederhana kebudayaannya sedangkan sosiologi mengamati masyarakat-masyarakat modern yang strukturnya sudah komplek. Jika kita melihat masyarakat yang sedang berada dalam proses peralihan sebagai sebuah proses saling mempengaruhi antara unsure-unsur modern maka antropologi lebih memandang pada unsure-unsur yang modern. Intinya sosiologi dan antropologi merupakan dua ilmu sosial yang saling berkaitan dan melengkapi satu sama lainnya.
5.      Sosiologi dan Psikologi Sosial
Ilmu psikologi sosial meneliti prilaku manusia sebagai individu antara lain meneliti tingkat kepandaian seseorang, kemampuannya, daya ingatnya, impian-impiannya dan perasaan kecewanya. Jadi psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari pengalamam dan tingkah laku individu yang ditimbulkan dan dipengaruhi oleh situasi-situasi sosial.