Pages

harga diri dan kecenderungan narsisme pada pengguna Friendster

Zaman sekarang siapa yang tidak mengenal jejaring sosial ?
Berbagai kalangan pasti mengetahui kegunaan social network tersebut, yaitu adalah untuk  bersosialisasi baik dengan kerabat dekat ataupun jauh. Banyak pula orang yang menggunakan social network mereka untuk “memajang diri” mereka. Dengan kata lain, narsisme berlaku di dalam dunia maya.

Pada beberapa jejaring sosial seperti Twitter, Facebook, Yahoo Messanger, Friendster, dan situs jejaring sosial lainnya kita dapat meng-upload berbagai macam data dalam bentuk gambar, video, lagu, dsb. Tetapi dari berbagai macam data yang di-post-kan oleh pengguna jejaring sosial tersebut, kita, para pengguna paling banyak meng-upload data atau semacamnya yang berhubungan dengan diri kita sendiri. Baik dalam bentuk kata-kata yang menggambarkan berbagai macam perasaan, gambar atau foto dengan berbagai macam ekspresi, dan vidio serta lagu yang sedang booming dan menjadi kesukaan para pengguna jejaring sosial tersebut.

Kemajuan teknologi dalam bidang internet memberikan kemudahan bagi para pengguna untuk dapat lebih leluasa mengekspresikan perasaan mereka yang tidak dapat tersampaikan secara langsung.

Seperti dalam jurnal Harga Diri dan Kecenderungan Narsisme pada Pengguna Friendster yang disusun oleh Pradana Saktya Adi dan M. Erna Agustina Yudiati pada Desember 2009, menjelaskan tentang adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara harga diri dengan kecenderungan narsisme. Semakin rendah harga diri seseorang, maka semakin tinggi kecenderungan narsisme orang tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi harga diri seseorang, akan semakin rendah pula kecenderungan narsisme orang tersebut dalam penggunaan jejaring sosial seperti Friendster contohnya.

Jurnal tersebut menyatakan bahwa kemajuan teknologi yang pesat dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, sekaligus menggiring manusia memasuki era globalisasi di penghujung abad ke-21, agaknya memiliki kontribusi yang tidak kecil dalam perubahan peradaban manusia.

Makin maraknya dunia maya yang melengkapi kebutuhan manusia dengan mengadakan program jejaring sosial. Bebrapa tahun lalu orang dapat berinteraksi dengan orang lain melalui internet dalam ruang mengobrol di server IRC maupun di ruang mengobrol berbasiskan web, misal Yahoo Messenger tanpa bisa melihat profil orang yang sedang mengobrol dengan kita.

Inilah gebrakan yang membuat situs Friendster (dapat diakses melalui www.friendster.com) cepat sekali populer sebagai perangkat lunak jaringan sosial. Friendster adalah sebuah situs jaringan yang bisa membuat orang menampilkan profil beserta fotonya dan melakukan hubungan dengan teman, temannya teman, atau temannya temannya teman. Cara Friendster melakukan interaksi yaitu dengan saling bertukar komentar yang sering disebut testimonial.

Dalam jurnal ini juga disebutkan bahwa komentar yang terlontar dari seseorang melalui testimonial, yang biasanya berisi “pesan yang tidak penting” tersebut dan akan terlihat lebih “hebat” lagi jika ada temannya yang mmberikan komentar tentang foto pribadi, wallpaper atau blog, yang boleh dikatakan “sangat narsis” melalui fitur testimonial yang seharusnya dikrim hanya ke penerima.

Kata narsisme biasanya ditujukan pada orang-orang yang memiliki kecenderungan untuk mencintai dirinya sendiri dan kemudia bermanifestasi pada tingkah lakunya, serta meminta pengaguman dan pemujaan diri dari orang lain. Hal yang paling sering dilakukan orang yang mendapatkan “label” narsisme adalah orang tersebut senang membicarakan dan memuji dirinya sendiri di hadapan orang lain. Terkadang ada pujian yang memang sesuai dengan kenyataan dan ada pula yang tidak. Seseorang yang sering memotret dirinya sendiri juga dapat diberi “label” narsisme.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian jurnal ini adalah dengan metode kuantitatif. Yaitu dengan cara mengadakan pengukuran mengenai harga diri dan kecenderungan narsisme seseorang. Pengguna Friendster yang memiliki harga diri yang rendah mempunyai kecenderungan narsisme. Pendapat tersebut didukung oleh Robins (2001) yang mengatakan bahwa individu yang memiliki kecenderungan narsisme memiliki harga diri yang rendah.

Pemujian dan pengaguman orang lain kepada diri sendiri sering dirasakan oleh semua orang semasa hidupnya. Orang akan senang dengan mendapatkan pengaguman dari orang lain dan merasa bahwa diriya berharga dan berguna bagi sekelilingnya. Namun tentu saja sangat tidak dianjurkan untuk merasa senang dan tersanjung yang berlebihan terhadap pujian dari orang lain tersebut.

Jurnal ini dilengkapi dengan hasil penelitian Campbell (2000) dan Kwan (2004), yang mengatakan bahwa kecenderungan narsisme justru digunakan sebagai alat untuk menutupi kelemahan dan kekurangannya, yakni harga diri yang rendah.

Selain itu juga dikatakan bahwa individu yang memiliki harga diri yang normal berarti individu tersebut masih memiliki kesadaran untuk menerima dirinya sebagaimana adanya dan memahami dirinya seperti apa adanya.


Contoh lain dari orang yang memiliki kecenderungan narsisme terlihat dari orang yang cenderung suka memamerkan kelebihan-kelebihannya, misalnya bisa mengatur wallpaper, video, atau MP3 yang unik dan menarik. Namun, ketika ada orang lain yang ingin meminta bantuan untuk “mempercantik” akun Friendster, pengguna Friendster dengan kecenderungan narsisme merasa enggan berbagi tips. Orang dengan kecenderungan narsisme juga dapat merasa sulit untuk memahami orang lain serta hanya mau mendengarkan hal-hal positif tentang dirinya sendiri dan cenderung menolak masukan yang disampaikan orang lain.

Orang yang memiliki kecenderungan narsisme memiliki hubungan interpersonal yang dangkal dengan teman-temannya, kurang perhatiannya dengan temannya mengindikasikan bahwa dirinya mengalami gangguan kepribadian, yakni kecenderungan narsisme.

Banyak faktor yang mempengaruhi kecenderungan narsisme pastinya, seperti perasaan kesepian, kurangnya sosialisasi dengan lingkungan sekitar, faktor keluarga yang kurang memberikan perhatian, dan masih banyak lagi.

Narsisme perlu dalam membangun kepercayaan diri untuk menjalankan kehidupan. Namun ada batas-batas tertentu yang menjelaskan bahwa manusia hidup tidaklah selalu indah. Terkadang kita harus mengiyakan hal buruk yang ada pada kita serta mengatur ulang kehidupan kita agar menjadi lebih baik dengan cara menerima masukan dari sekeliling kita.

Sumber: 



5 komentar:

Unknown mengatakan...

internet mempengaruhi pamor orang lain juga gk ??
heheheee..
like this.

Azizah Fathia mengatakan...

jdi inget jaman SMP dlu. Punya friendster, saling bagus"an tampilan friendster. tapi sisi positifnya melatih kreatifitas jg sih. hhehe. . .
Nice :)

shiella sasmita mengatakan...

Anak2 zaman sekarang tuh narsisnya pada keuleuuwatan hahaha

Irina Elvandari mengatakan...

hahaha.. setuju setuju. :D

yurika rizki tursina mengatakan...

terima kasih teman teman atas comment nyaa
semoga blog ini berguna untuk memberikan gambaran dalam membatasi narsisme dan menjaga tingkat harga diri kita yaa :)

Posting Komentar