Pages

manusia dan penderitaan

Manusia dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua. Kemampuan mental manusia dan kepandaiannya, membuat mereka, menurut Pascal, makhluk tersedih di antara semua hewan. Kemampuan memiliki perasaan, seperti kesedihan atau kebahagiaan, membedakan mereka dari organisme lain, walaupun pernyataan ini sukar dibuktikan menggunakan tes hewan. Keberadaan manusia, menurut sebagian besar ahli filsafat, membentuk dirinya sebagai sumber kebahagiaan. Penderitaan yang dialami manusia pun berbeda-beda.
Manusia diikatkan dengan lingkungannya melalui indera mereka dan dengan masyarakat melalui kepribadian mereka, jenis kelamin mereka serta status sosial. Selama kehidupannya, ia berhasil melalui tahap bayi, kanak-kanak, remaja, kematangan dan usia lanjut. Hati manusia diperluas ke luar kesadaran, mencakup total aspek mental dan emosional individu. Ilmu pengetahuan psikologi mempelajari hati manusia (psike), khususnya alam bawah sadar (tak sadar). Individu manusia terbuka terhadap emosi yang besar mempengaruhi keputusan serta tingkah laku mereka. Emosi menyenangkan seperti cinta atau sukacita bertentangan dengan emosi tak menyenangkan seperti kebencian, cemburu, iri hati atau sakit hati.
Rasa kebencian yang tidak dapat diatasi akan berkembang menjadi sebuah penderitaan. Baik itu penderitaan sementara atau berkepanjangan. Penyebab penderitaan juga macam-macam. Ia datang kepada kita dalam bentuk sakit, gagal dalam usaha, diperlakukan secara tidak adil, mengalami duka cita karena kematian orang yang kita kasihi, musibah seperti bencana alam. Singkatnya ada banyak penyebab penderitaan. Apa pun penyebabnya, penderitaan selalu adadi dalam kehidupan masing-masing orang.
Penderitaan dapat berasal dari diri kita sendiri atau dari faktor-faktor lain. Penderitaan yang banyak terjadi dewasa ini bukan penderitan kultural, tetapi lebih banyak penderitaan struktural. Ini artinya, penderitaan terjadi karena pelaksanaan kebijakan dari atas yang sangat tidak memihak mereka yang menderita. Pernah ada suatu seminar yang diselenggarakan oleh perusahaan milik negara yang menyatakan bahwa mereka selalu merugi. Tetapi kenyataannya para pejabat perusahaan tersebut fasilitasnya tetap mewah, ruang kerjanya, kendaraan dinasnya, rumah dinasnya. Mereka pun selalu bepergian dengan pesawat udara klas VIP meskipun jarak perjalanannya tidak begitu jauh. Bahkan dalam keadaan krisis seperti saat ini pun banyak yang bagi-bagi duit, bahkan berebut jabatan. Piknik bagi-bagi duit dengan alasan studi banding, juga dengan alasan tirtha yatra.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Banyak orang sukses berasal dari kehidupan yang menderita hingga sampai sekarang menjadi orang yang terpandang di antara orang-orang biasa yang mungkin jalan hidupnya lebih beruntung. Semua tergantung kepada niat dan usaha kita untuk mengubah penderitaan itu menjadi sesuatu yang dapat kita banggakan dan menjadi pelajaran yang berharga bagi diri sendiri dan orang lain. Atau sebuah penderitaan yang telah kita pelajari dapat berguna bagi orang lain. Misalnya saja dengan menceritakan pengalaman atau penderitaan yang dapat menjadi sebuah pelajaran atau motivasi bagi orang lain.
Tidak ada hal yang buruk di dunia ini jika kita menanggapi hal tersebut dengan positif dan bijaksana. Setiap penderitaan pasti ada akhirnya jika dihadapai dengan hati yang lapang. Bukan hanya orang dewasa saja yang sering merasakan suatu penderitaan. Dewasa ini anak di bawah umur pun sangat banyak yang merasakan penderitaan yang sulit masuk di akal. Berbagai macam kekerasan dan kejahatan kepada ank di bawah umur tersebut yang akan menurunkan kualitas seorang manusia dan berdampak sangat buruk bagi Negara dan pembangunannya.
Manusia yang terlalu banyak menerima penderitaan atau tekanan kadang sulit untuk menerima kenyataan. Karena batin yang terlanjur rusak oleh apa yang ia alami, seorang yang mendapat penderitaan jadi tidak dapat mengambil himah atau hal positif dari sebuah penderitaan. Hal ini lah yang sering terjadi di masyarakat perkotaan. Dimana ketidakadilan semakin merajalela.
Maka dari itu manusia harus memiliki sifat-sifat seperti berikut agar dapat mengatasi penderitaan yang dihadapinya :
1. Selalu berpikir positif dalam menangani suatu masalah
2. Menerima kenyataan yang ada
3. Belajar mengontrol emosi
4. Mengambil keputusan tanpa merugikan orang lain
5. Menjadikan segala sesuatunya sebagai pelajaran hidup
6. Selalu berusaha untuk bangkit dan tidak terus menerus meratapi kesedihan
Nasib buruk dapat di perbaiki manusia supaya menjadi baik dengan kata lain manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya, perbedaan nasib buruk dan takdir Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu sendiri manusia penyebabnya, karena perbuatan buruk sesama manusia maka manusia lain menjadi menderita. Selain itu juga perbuatan buruk manusia terhadap linkunganya juga menyebabkan penderitaan manusia, tetapi manusia tidak menyadari hal ini mungkin karena kesadaraan itu baru timbul setelah musibah yang membuat manusia menderita terjadi seperti musibah banjir, tanah logsor dan pembakaran hutan atau penebangan liar di hutan.
Sebaiknya manusia melakukan yang terbaik untuk lingkungan sekitarnya agar manusia itu sendiri mendapatkan balasan yang baik pula dari sekitarnya. Sebagian besar penderitaan yang kita alami berasal dari diri kita sendiri, bukan dari orang lain atau dari Tuhan yang menentukan.

0 komentar:

Posting Komentar